Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

INTERKONEKSIVITAS ISLAM DAN BUDAYA

Perlu kita pahami bersama bahwa, agama (islam) dan budaya, merupakan dua hal yang berbeda, namun tidak bisa terpisahkan karena memang saling membutuhkan. Hal lain yang terpenting juga harus kita ketahui bahwa, budaya itu tidak selamanya baik dan tidak selamanya buruk, sementara islam hadir karena respon terhadap budaya yang buruk.  Pertanyaannya, budaya yang bagaimana yang menjadi responnya ? sebenarnya yang menjadi objek vital respon islam di Arab pada saat itu, yakni tatanan sosial yang sangat rusak serta memprihatinkan. Ada beberapa kebiasaan-kebiasaan yang tidak sama sekali mempunyai nilai-nilai moral. Salah satu contohnya adalah ketika ada bayi perempuan yang lahir mereka menguburnya hidup-hidup karena mereka anggap bahwa anak perempuan adalah musibah, dan masih banyak lagi.   Sedang budaya-budaya yang lain yang tidak melanggar nilai-nilai tersebut tetap di biarkan. Contohnya seperti musyawarah, memakai cadar; tetapi harus juga kita pahami konteks dari budaya tersebut. Jadi

A + GAMA = Cinta Damai.

Akhir-akhir ini, kita acapkali diperhadapkan pada perbincangan persoalan agama. Mulai dari hal seputaran hijrah-hijrah, bahkan disisi lain menginginkan sebuah negara berbasis agama. Timbul pertanyaan, sejauh mana kita memahami agama kita terhadap negara sendiri ? Kemudian, bagaimana islam memandang agama yang lain; dalam hal ini mengenai perbedaan ? karena hal ini dapat memancing keributan atau konflik ditengah-tengah umat beragama ketika negara itu memiliki penduduk yang beragam. Indonesia boleh dikata, multy di segala bidang, baik dari segi agama, suku, ras, etnis, budaya, dan lain sebagainya. Bukankah kehadiran agama sebagai penengah ? Lantas jika terjadi perselisihan dan konflik, dimana letak eksistensi sebagai umat beragama ? Telah kita pahami bersama bahwa, agama manapun tidak mengajarkan kepada para penganutnya tentang kekerasan (ekstremisme) bahkan islam sendiri tidak kita temui didalamnya. Islam sendiri mengajarkan tentang toleransi (menghargai sesama), ramah, dan cint

PANCASILA or KHILAFAH ?

Jagat raya media sosial akhir-akhir ini, ramai bersahut-sahutan membahas tentang KHILAFAH. Ada apa dengan khilafah ? Mengapa harus khilafah ? Apakah khilafah betul-betul merupakan solusi untuk kejayaan negeri ini ? Seyogyanya, untuk menjawab tanya tersebut, marilah sama-sama kita kembali membuka lembaran sejarah perjalanan islam pasca wafatnya Rasulullah SAW. Pernahkah kita membaca literatur-literatur atau buku-buku dan semacamnya yang menjelaskan, seperti apa sistem penerapan dari terpilihnya para sahabat Rasulullah SAW sebagai Khalifah yang melanjutkan kepemimpinan islam pasca wafatnya Rasulullah sendiri ? Menurut referensi yang telah saya baca bahwa, sistem terpilihnya para sahabat Nabi, itu tidak menunjukkan adanya konsep kenegaraan islam yang baku dititipkan Rasulullah SAW. Justru pada saat wafatnya Rasulullah SAW pada 632 M, Nabi tidak pernah mewasiatkan kepada para sahabatnya siapa yang layak menggantikan posisinya sebagai pemimpin Keagamaan dan kenegaraan. Pertanyaannya

Pancasila dan Fenomena Anti-Pluralitas Era Milenial.

(PANCASILA) Upaya penyadaran bagi para mahasiswa yang mengadopsi pemahaman fundamental dan anti pluralitas , sudah sepatutnya dilakukan. Tak lain untuk sama-sama bisa menerima perbedaan sesuai dengan kandungan dari Al-Qur'an sendiri, bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Pentingnya kader PMII kembali ke kampus, untuk menghidupkan budaya literasi disetiap titik kumpul strategis mahasiswa, demi mencegah hal-hal yang tak diinginkan terjadi di kemudian hari. Sehingga generasi sekarang ini, dapat melakukan perubahan daripada hanya sebagai komentator atau menjadi penonton di sudut lapangan. Sangatlah etis ketika kita memahami tanggung jawab mahasiswa. Karena dengan melakukan revolusi, ini akan membuat mahasiswa mampu menjadi sebagai tonggak di masa depan yang memicu perubahan untuk kemaslahatan negara ini. Hal tersebut diatas pulalah yang menjadi persoalan. Karena dilain sisi, komitmen dan konsensus yang sudah dibangun malah seringkali disepelekan, yang membuat sinergitas antar

Islam tradisional dalam pusaran Islam transnasional

Indonesia terkenal dengan keberagaman agama, budaya, ras, suku, dan, banyak lagi lainnya. Sehingga dapat dipahami bersama bahwa, agama islam bukan satu-satunya. Akan tetapi, beberapa agama yang kemudian disahkan oleh negara sebagai agama Nasional. Diantaranya Hindu, Budha, Nasrani, Konghucu, dan Katholik . Tak lupa pula, masih banyak lagi " kepercayaan " masyarakat lokal yang belum atau tidak diakui atau disahkan oleh negara sebagai agama atau kepercayaan resmi. Sebagaimana dijelaskan dalam sejarah masuknya islam di Nusantara, menurut sebagian sejarawan, ada yang mengatakan pada abad ke-7, ke-13, ke-17, dan lain-lain. Terlepas dari hal itu, dalam catatan sejarah, juga dikatakan bahwa proses islamisasi yang dibawa oleh kelompok perahu dan para Wali yang berprofesi sebagai saudagar atau pedagang yang kemudian dimassifkan oleh para Wali, atau lebih tepatnya Walisongo . Proses islamisasi dari ke sembilan Wali inilah yang mempunyai gaya atau metode tersendiri dalam menyeba

Pesantren sebagai Kiblat Pendidikan

Pernahkah kita berpikir, apa aset terbesar Negeri ini ? Wahai kaum muda , bangsa ini memiliki keragaman mulai dari sisi tradisi, budaya, dan agama. Akankah berbagai keragamaan itu mampu kita terus terjaga dan lestarikan ? Itu pertanyaan penting untuk kalangan muda dengan berbagai macam gagasan dan intelektualitas. Begitu banyak persoalan yang menjadi tantangan kaum muda hari ini. Mulai dari krisis moral, mental, dan praksis pengetahuan dalam kehidupan sehari hari yang kadang disepelekan.     Saya teringat dengan apa yang pernah ditulis oleh Hadratussyeikh K.H. Hasyim Asyari bahwa, negeri ini punya identitas tersendiri. Identitas yang dimaksud itu adalah keragaman yang dimiliki bangsa ini. Namun adakah wadah yang tetap konsisten melestarikan keragaman itu ? Jawabnya tentu saja PESANTREN . Mungkin itulah wadah pendidikan yang akan saya ulas dalam tulisan ini.     Kenapa harus pesantren ? Sebenarnya semua wadah pendidikan mengajarkan berbagai macam keragaman negeri ini. Tapi,