Langsung ke konten utama

APA ITU PMII


 Apa Itu PMII?

Ada satu hal sering kali teringat dalam setiap memperkenalkan PMII terhadap mahasiswa baru di kampus IAIN Palopo. Pertanyaan itu sepintas seolah menyamakan PMII dengan salah satu organisasi yang konsentrasi di bidang kesehatan, yakni PMI.

“Apa itu PMII kak?”, tanya salah seorang mahasiswa baru.

 “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dek”, jawab senior.

“Itu kah Palang Merah Indonesia (PMI)?”, ujar mahasiswa baru sambal mengernyitkan dahi.

“Bukan dek. Jadi, memang kalau di Perguruan Tinggi itu beda antara PMI dan PMII, karena dari kepanjangannya juga sudah dapat dibedakan, apalagi penyebutannya”, pungkas senior yang begitu sabar menghadapi lontaran pertanyaan.

“Oh begitu ga kak? Saya kira sama dengan itu yang biasa di sekolah waktu ku SMA”, ungkap mahasiswa baru yang amat penasaran.

Tak jarang ketika salah seorang senior dari PMII selalu dilontarkan pertanyaan demikian. Lantaran, di Perguruan Tinggi khususnya di IAIN Palopo organisasi tersebut baru dia dengar istilah itu. Memang terdengar menggelitik, namun itulah sikap sabar yang harus dihadapi senior PMII agar menyelamatkan mahasiswa baru daripada terlantar dengan pembelajaran in door (dalam ruang kelas) yang hanya sekian persen pengetahuan didapatkannya.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merupakan organisasi kemahasiswaan yang terdapat di Perguruan Tinggi tetapi tidak terikat oleh kampus itu sendiri. Mahasiswa-mahasiswa yang terekrut didalamnya menyatakan bahwa organisasi tersebut merupakan organisasi ekstra kampus. Beda dengan organisasi kemahasiswaan yang terikat oleh kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), UKK/UKM, Himpunan Mahasiswa Program Study (HMPS), dan lain sebagainya.

Jadi, PMII punya tujuan yang hendak dicapai adalah “terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”. Tentunya, PMII ini bertanggung jawab atas setiap problem (masalah) dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan.

Mengapa harus ada PMII di kampus IAIN Palopo? Sebab PMII punya peran besar dalam mencetak regenerasi dan mempersiapkan menjadi leadership (peningkatan soft skill dan hard skill) di masa yang akan datang. Dan PMII merupakan organisasi terbesar yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan jumlah Cabang yakni lebih dari 230 Cabang di setiap daerah. Belum lagi, kalau kita tinjau dari Komisariat yang ada. Karena Komisariat fokusnya di Perguruan Tinggi, sedangkan Cabang konsentrasinya di Kabupaten/Kota. Begitu pun struktural di atas, yaitu Pengurus Koordinator Cabang (PKC) dan paling atas ialah Pengurus Besar.

PMII dideklarasikan pada tanggal 17 April 1960 di Kota Surabaya, Jawa Timur, atas dasar menjawab permasalahan sosial, agama, politik, kebudayaan, kebangsaan dan memulihkan kembali stabilitas negara. Hingga saat ini, PMII masih bertahan dalam arus perubahan zaman dan tentunya tetap pada perjuangannya tahun 1960 (kemanusiaan dan keagamaan).

Di IAIN Palopo khususnya, Ketua Komisariat dipimpin oleh seorang perempuan bernama Rafika. Rafika saat ini mengambil program study Managemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan semester V (5). Betapapun pemimpinnya adalah perempuan, namun tetap mampu mengayomi seluruh kader maupun anggota PMII di IAIN Palopo.

Panggilan antar sesama anggota PMII ialah sahabat untuk laki-laki, dan sahabati khusus perempuan. Setiap mahasiswa yang terekrut didalamnya, akan diantarkan untuk mengenal jati dirinya dan memahami hakikat mahasiswa serta peran maupun fungsi bagi agama, bangsa dan negara.

PMII punya haluan yang jadi pedoman buat kader-kadernya, yakni Ahlussunnah Wal Jamaah An-Nahdliyah. Karena berdirinya PMII tidak lepas dari Nahdlatul Ulama yang teguh pada pendiriannya memberi kemashlatan (kemanfaatan) bagi seluruh umat manusia dan menjaga kesimbangan alam. Inilah ciri khas yang dimiliki PMII, dengan semangat kemanusiaan mampu memandang manusia dan mengangkat harkat martabatnya.

Prinsip yang diambil pula ialah mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik. Karena PMII juga punya cita-cita untuk melestarikan kebudayaan Indonesia menjadi pertahanan Nasional agar negeri ini dapat hidup damai dan tercipta keadilan didalamnya.

Jadi bersiaplah mahasiswa baru untuk turut andil menjadi pelaku sejarah di masa depan, tentu dengan bergabung di PMII akan senantiasa menjaga peradaman dalam nuansa perdamaian dan berkeadilan pada dimensi kemanusiaan dan keagamaan.

Apakah kalian siap? Mari ikut Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA)!!

Note: "kader yang tak mau disebut namanya"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Z dan Artifisial Intelegensi

  Penulis : Muhammad Arya Gandi Abdillah Setiap zaman istilah yang dilabelkan pada setiap generasi selalu berubah-ubah mulai dari generasi old, generasi milineal, dan generasi sekarang yakni generasi z. Seiring dengan perkembangan zaman maka perkembangan setiap generasi pun berubah. Perubahan istilah tersebut telah berdampak pada sistem serta cara hidup masyarakat, dengan pengalihannya pada alur teknologi, lalu perubahan demikian telah juga merembet pada generasi yang hampir seluruh aturan kehidupannya telah di sandarkan semuanya pada teknologi. Generasi z telah menjadi label bagi kalangan muda masa kini, dimana era penguasaan teknologi digunakan dalam beragam sektor. Ketika tidak memanfaatkan hal demikian untuk mencari serta menggunakan teknologi sebagai mana mestinya, maka manusia menjadi terlena oleh teknologi yang ada. Teknologi adalah peluang besar para generasi z untuk menemukan informasi positif dibalik penyajian teknologi, apalagi teknologi telah menggurita didalam setiap aktiv

Media Sosial, Manusia, dan Demokrasi

Penulis : Muh Arya Gandi Abdillah Dunia maya sudah tidak asing lagi di telinga kita, karena aktivitas hidup kita telah dijalankan dalam dua dunia, antara dunia realitas dan dunia maya, bahkan kondisi kehidupan kita sudah bisa di ketahui oleh keluarga serta orang yang mungkin tidak kita kenal dari jaraknya jauh, karena kita selalu bikin status tentang sedih dan emosi seolah-olah dunia maya adalah malaikat untuk siap mendengarkan curhatan. Keterlimpahan aktivitas yang lebih banyak di media sosial, membawa kita pada arus modernitas yang semu, karena seolah-olah media sosial dengan pendekatan hegemoninya meyakinkan manusia untuk mempercayai bahwa ketentuan segalanya bahkan jodoh bisa di tentukan lewat media sosial dengan penggunaan aplikasi jodoh. Dan juga bisa mendefinisikan kecantikan dan ketampanan sesuai dengan selera fisik yang di inginkan. Hegemoni dunia maya dengan pendekatan algoritmanya, manusia setiap hari telah di kuasai namun tidak di ketahui bahwa kita telah masuk dalam pusara